Jumat, 21 Oktober 2011

KIAT DALAM MENENTUKAN TARGET DALAM BEKERJA


Salah satu ciri orang yang memiliki keinginan untuk maju dalam hidupnya adalah, orang tersebut memiliki target pribadi yang jelas yang hendak dicapainya, baik target jangka panjang (misalkan durasi 10 tahun ke atas), target jangka menengah (5 sampai 10 tahun) bahkan target jangka pendek (1 sampai 5 tahun).  Dan, salah satu awal dari penetapan target tersebut adalah dengan keberaniannya dalam menentukan target yang hendak dicapainya ketika dia memulai karir dalam sebuah perusahaan atau di pemerintahan.

Pada prinsipnya, penetapan target dalam bekerja hendaknya merujuk kepada prinsip SMART.  Sebuah target haruslah Specific, artinya jangan membuat  target-target yang mengambang, tidak terdefinisi dengan jelas dan konkrit, misalnya: “Ingin menghasilkan prestasi yang lebih baik (prestasi apa dan di bidang apa?), ingin mendapatkan karir yang bagus (apa itu dan sebagus apa?).  Harus lebih spesifik seperti: “ Ingin berprestasi dengan selalu mencapai hasil standard kinerja tahunan atau KPI”, atau “Ingin menjadi Manajer”.  Measurable, sebuah target juga haruslah bisa dengan mudah diukur, sehingga perlu ada pernyataan kuantitatif-nya seperti berapa %?, tahun berapa?, berapa banyak? yang melekat pada penetapan target tersebut.  Achievable, suatu target yang ditentukan mesti mempertimbangkan kemampuan Anda untuk mencapainya..  Reasonable, dan juga harus memperhatikan daya dukung lingkungan sekitar Anda untuk memungkinkan target tersebut bisa tercapai, Timed, harus pula ada rentang waktu yang jelas untuk mencapai target tersebut.  Sehingga, kedua kalimat contoh target yang sudah spesifik di atas dapat disempurnakan menjadi: “ Ingin berprestasi dengan selalu mencapai di atas 100% sasaran kinerja (KPI) setiap tahunnya”, dan “ Ingin menjadi Manajer yang sesuai dengan bidang pekerjaan sekarang paling lambat 3 tahun dari sekarang “.  Adalah target-target yang mencerminkan prinsip SMART, bukan?.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya menentukan target-target tersebut dalam bekerja?.  Berikut ini adalah beberapa kiat yang mungkin berguna bagi Anda:

1.      Ukur dan galilah POTENSI KEMAMPUAN yang ada dalam diri Anda secara maksimal dengan merenung, menganalisa diri serta membuat prediksi-prediksi masa depan.  Hati-hati kalau Anda terjebak dengan mengartikan kata ”kemampuan”.  Yang dimaksud disini adalah potensi kemampuan, artinya bukan hanya melihat apa yang saat ini Anda sudah mampu lakukan, tetapi juga memperhatikan potensi diri Anda untuk di masa depan MAMPU melakukan sesuatu asalkan didukung oleh beberapa faktor lainnya.  Orang banyak pasrah mengatakan bahwa ”saya tidak mampu”, padahal mungkin saat ini dia belum mampu, tapi tidak berarti bahwa dimasa yang akan datang dia juga tak mampu.
2.      Ukur dan gali pula daya dukung lingkungan Anda saat ini, dalam durasi waktu yang lumayan cukup ke depan, apakah sumber daya eksternal (suasana kantor, kepemimpinan organisasi, infrastruktur, teknologi serta faktor lainnya) bisa mendukung Anda untuk mengekspresikan POTENSI KEMAMPUAN Anda tersebut?.
3.      Setelah itu, maka buatlah beberapa list keinginan, ambisi (dalam bahasa positif), daftar pencapaian-pencapaian yang Anda harapkan.  Sudah barang tentu, daftar tersebut harus disesuaikan dengan faktor nomor 1 dan 2 di atas serta urutkanlah list tersebut dari yang paling gampang dan paling cepat bisa dilakukan sampai kepada yang paling susah dan paling lambat kemungkinannya untuk dicapai.
4.      Dengarkan suara hati Anda untuk berbicara dan pilihlah beberapa prioritas target yang memang Anda anggap sangat penting untuk ditetapkan dan dicapai.  Hindari membuat target yang hanya satu (tidak ada pilihan), tetapi juga jangan terlalu memaksakan diri untuk membuat banyak sekali target sehingga akhirnya sulit dicapai.

Hendaknya Anda berhati-hati dalam menentukan target pribadi dalam bekerja, karena target-target tersebut sejatinya harus memotivasi Anda untuk bekerja lebih baik dan lebih bersemangat, bekerja lebih efektif dan efisien serta bekerja lebih terarah atau lebih sistematis.


A.    MENYAMPAIKAN PENDAPAT DENGAN BAIK DALAM BEKERJA


It’s only about the way you deliver the messages.  Begitulah istilah keren untuk menggambarkan kualitas atau efektifitas sebuah komunikasi antara satu orang dengan orang lain.  Yang paling berpengaruh atas keberhasilan sebuah komunikasi, justru bukan kualitas kandungan informasi yang hendak dikomunikasikan atau bukan karena tingkat kemampuan intelektual serta wawasan seseorang terhadap informasi tersebut, melainkan adalah kualitas CARA (the way) yang bersangkutan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan informasi atau berita tersebut.  Demikian juga halnya ketika kita berinteraksi dalam lingkungan pekerjaan.  Pendapat atau argumentasi yang bagus belum tentu bisa diterima dengan baik oleh orang lain jika kurang tepat dalam menyampaikannya.  Ide-ide cemerlang untuk memajukan perusahaan dan karyawannya juga bisa jadi sering mental (ditolak) dan terbuang percuma hanya gara-gara kurang pas waktu dan situasi pengkomunikasiannya.  Masukan atau saran yang sangat membangun terhadap seseorang bahkan malah bisa diterima negative oleh orang yang hendak diberikan saran atau masukan lantaran tidak klop CARA menyampaikannya.

Lalu, bagaimana cara menyampaikan pendapat dengan baik khususnya dalam situasi bekerja, rapat dengan atasan atau dengan tim lain di perusahaan?.  Beberapa tips di bawah ini mungkin bisa membantu Anda:

A.    JIKA PENDAPAT ITU BERUPA IDE/PEMIKIRAN BARU ANDA.
                                                                          i.      Yakini terlebih dahulu keabsahan atau keakuratan ide/pemikiran tersebut sebelum Anda menyampaikannya.
                                                                        ii.      Cari waktu yang sesuai atau mendukung untuk mengemukakan ide tersebut secara langsung (verbal), misalnya dalam suasana yang memang diminta untuk mengemukakan pemikiran/ide.  Jika belum ditemukan waktu yang pas, maka lebih baik mengemukakan dengan cara tulisan terlebih dahulu (email, proposal, sms, surat, dll).
                                                                      iii.      Jangan berorientasi untuk membandingkan ide tersebut dengan punya orang lain, tetapi upayakan untuk selalu berorientasi kegunaan (manfaat) tanpa harus menyinggung atau membandingkannya dengan orang lain.
                                                                      iv.      Sampaikan dengan simpatik dan kerendahan hati, bahwa pendapat ini adalah berdasarkan pengkajian saya, atau pemikiran saya, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas analisa yang saya miliki, bisa jadi jauh dari hal-hal yang saya tidak ketahui.  Hal ini akan mengesankan Anda sebagai orang yang tulus dan apa adanya, tidak arogan, jauh dari penilaian merasa tahu dan paling bisa serta tidak terkesan memaksakan kehendak.

B.     JIKA PENDAPAT ITU BERUPA PERTANYAAN YANG INGIN ANDA KLARIFIKASI.
                                                                          i.      Hindari untuk menanyakan sesuatu yang mengarah kepada pribadi orang, tapi usahakan untuk selalu mempertanyakan fungsi, manfaat, tujuan atau akibat dari sesuatu hal yang ingin Anda klarifikasi.  Misalnya, Anda ingin bertanya: ”Mengapa direktur HRD mengeluarkan kebijakan baru itu?”.  Pertanyaan itu mengesankan Anda mempermasalahkan Direktur HRD-nya.  Tapi, coba rubah cara bertanya seperti berikut: ” Kalau boleh tahu pak, dalam hal apa kelebihan atau manfaat kebijakan baru ini terhadap produktivitas atau kesejahteraan karyawan kita?”, ”Kira-kira pak, sasaran apa dalam jangka pendek yang ingin dicapai dengan adanya perubahan kebijakan ini?.  Jadi, kita mempertanyakan manfaat atau konten dari kebijakan baru itu, bukan mempersoalkan pribadi yang merubahnya.
                                                                        ii.      Usahakan selalu nadanya konfirmasi dan positif, bukan bernada konfrontasi dan negatif.
                                                                      iii.      Perhatikan juga suasana, timing yang tepat serta medium yang pas untuk menanyakannya.

C.     JIKA PENDAPAT ITU BERUPA MASUKAN ATAU KRITIK YANG MEMBANGUN.
                                                                          i.      Jangan memotong pembicaraan orang dengan langsung mengatakan: ”Tidak setuju, kurang sepaham, menolak, salah, dan kalimat-kalimat tidak simpatik lainnya.  Beri kesempatan orang yang akan Anda beri masukan itu berbicara dan menjelaskan terlebih dahulu sebelum Anda memberikan masukan Anda.
                                                                        ii.      Pelajari cara yang nyaman untuk memberikan masukan kepada setiap orang yang Anda maksud.  Ada orang yang tidak suka kalau diberi masukan atau kritik di depan orang lain, maka cara terbaiknya adalah mencari waktu yang bisa hanya berdua saja antara Anda dengan dia.  Jangan pula memberikan kritik atau bantahan disaat suasana batin orang tersebut lagi emosional, redakan dulu emosinya barulah Anda masuk dengan beberapa saran yang konstruktif.
                                                                      iii.      Jangan menyampaikan sesuatu masukan dengan cara ”menyalahkan”, tetapi sampaikanlah dengan metoda ”memberikan pertimbangan lain yang mungkin lebih baik”, karena siapapun manusianya, pastilah susah untuk menerima jika disalahkan.
                                                                      iv.      Sekali lagi, sampaikan dengan bahasa-bahasa yang simpatik, lembut dan tidak tendensius untuk menyasar kepada pribadi-pribadi, tetapi hendaknya yang Anda kritik atau sarankan adalah konten (isi) dari pendapat, kebijakan atau aturan yang Anda permasalahkan tersebut.

Orang tahu belum tentu mengerti, orang mengerti belum tentu menyadari, tapi orang sadar pastilah tahu dan mengerti.  Maka jadilah orang yang menyadari bahwa setiap ucapan, pikiran serta perbuatan yang keluar dari diri kita akan direspons langsung maupun tidak langsung oleh orang lain.  Maka pikirkanlah, ucapkanlah dan lakukanlah dengan POSITIF!.


Menjadi Ibu Rumah Tangga Yang Produktif Dimasa Sulit


Ironi dan Dilema Ibu Rumah Tangga Dewasa Ini

Hidup semakin susah, biaya kebutuhan sehari-hari cenderung naik terus mulai dari urusan sembako, sayur mayur, listrik, telepon, serta biaya rumah tangga lainnya.  Agaknya, tidak ada ibu rumah tangga manapun yang mengatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, 100% dipastikan akan mengatakan “YA” jika ada survey mempertanyakan fenomena semakin meningkatnya biaya-biaya itu.  Juga, sejalan dengan perkembangan dan perjalanan sebuah rumah tangga, telah pula menuntut kenaikan kebutuhan non harian seperti kebutuhan biaya sekolah, kursus, pakaian, asesoris dan biaya lainnya.  Disisi lain, porsi perempuan menikah di perkotaan yang berprofesi hanya sebagai ibu rumah tangga (tidak punya income tetap) masih dominan.  Mereka mengelola keuangan rumah tangga dengan mengandalkan dari pendapatan kerja sang suami, yang dalam hal ini sering disebut sebagai single income generator atau bahasa kerennya adalah “single gardan”.

Inilah sebuah ironi sekaligus dilema yang dihadapi para Ibu rumah tangga dewasa ini.  Pertama, merasa pusing dengan biaya-biaya yang cenderung naik, namun pada saat yang bersamaan tidak produktif atau tidak mampu menghasilkan income tambahan.  Kedua, merasa ingin sekali untuk membantu dan menghasilkan income tambahan tapi juga merasa tidak memiliki kemampuan untuk mencari solusi yang praktis, tanpa harus meninggalkan kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.

3 Alasan Kenapa Mesti Produktif?.

Apa perlunya seorang ibu rumah tangga harus produktif atau mampu menghasilkan uang tambahan (cash in flow) bagi keluarga?.  Paling tidak, ada tiga alasan utama yang mendasari dan perlu direnungkan oleh para Ibu Rumah Tangga.

Pertama, adalah untuk mencarikan solusi atas ironi dan  ”kepusingan” atas biaya dan keinginan menambah aliran dana masuk bagi keluarga.  Bahwa kebutuhan semakin bertambah dan ”apa boleh buat” tidak bisa dibendung, pertumbuhan tingkat kebutuhan tersebut lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan tingkat penghasilan sang suami.  Seorang suami yang berprofesi sebagai karyawan (pegawai) baik pegawai negeri maupun pegawai swasta, biasanya akan mendapatkan kenaikan atau penyesuaian gaji secara tahunan.  Dan, tingkat penyesuaian itupun ukurannya selalu mengacu kepada rata-rata tingkat inflasi di atas kertas.  Padahal, kenaikan kebutuhan (biaya-biaya hidup) yang riil sangat jauh di atas nilai inflasi yang di buku.  Dengan produktivitas (usaha produktif) dari Ibu rumah tangga, maka secara langsung akan mengurangi kesenjangan (GAP) antara kedua tingkat pertumbuhan tersebut.

Kedua, adalah untuk membiasakan diri dan belajar sebagai sumber income alternatif (ban serap) bagi rumah tangga.  Posisi suami yang cukup kuat dan dapat menjamin laju uang masuk (pendapatan) keluarga saat ini, tentulah tidak akan secara pasti bisa bertahan sampai jangka panjang.  Meskipun kita tidak berharap untuk sesuatu terjadi di tengah jalan terhadap suami yang menyebabkan kemampuan produktivitasnya menurun, namun hidup dan masa depan adalah sesuatu yang tidak bisa diduga ujung atau akhirnya.  Jika, terjadi apa-apa dengan sang suami, maka Ibu yang sudah belajar dan terbiasa produktif tentulah tidak akan terguncang dahsyat menghadapinya.  Dengan persiapan dirinya sebagai antisipasi alternatif sumber income keluarga, dia akan tegar dan cepat pulih dan bisa mandiri seandainya menghadapi situasi yang tak diinginkan terhadap sang suami.

Ketiga,  menjadi produktif adalah salah satu bentuk olah raga otak (pikiran) di samping olah raga jasmani (badan).  Ibu-ibu yang memiliki usaha (meskipun kecil-kecilan) akan cenderung lebih kreatif, inovatif dan cepat tanggap dalam menyelesaikan persoalan diri dan rumah tangganya dibandingkan dengan Ibu-ibu yang hanya konsumtif, di rumah untuk mengurusi anak dan keluarga saja.  Disamping itu, mereka yang produktif juga cenderung lebih sabar, mudah berkomunikasi dan bersosialisasi dan lebih luas wawasannya.  Dengan berusaha, berarti kita memegang tanggung jawab, kita harus memberikan dan mempunyai sebuah standar pelayananan terhadap orang lain (customer), kita memutar otak bagaimana supaya bisa bertahan dan maju.  Tak ketinggalan, kita berinteraksi dengan banyak sekali karakter dan latar belakang orang, yang akhirnya bisa membuat kita lebih matang, lebih toleransi dan lebih memahami arti pentingnya sebuah ikhtiar dan kerjasama.  

3 Prinsip Untuk Menjadi Ibu Rumah Tangga Produktif.

Menjadi Ibu Rumah Tangga yang produktif tidak ada syarat khusus.  Tidak perlu sekolah dan waktu belajar khusus, tidak perlu bekerja penuh waktu, tidak perlu modal yang besar, tidak perlu perencanaan dan konsep yang berbelit-belit serta tidak memerlukan pengalaman yang lama sebelumnya.  Yang diperlukan hanyalah sebuah tekad dan kemauan yang solid untuk memulai dan untuk berhasil.

Terdapat tiga prinsip utama yang hendaknya dapat dipegang erat oleh seorang Ibu rumah tangga yang ingin merubah dirinya dari konsumtif ke produktif dengan adanya keinginan memulai usaha, yaitu:

  1. Prinsip Keyakinan.
Harus memilih jenis usaha yang spesifik (terfokus), tidak bimbang dan tidak terlalu banyak alternatif yang akhirnya membingungkan.  Harus menjalaninya dengan penuh keyakinan akan adanya proses awal, adanya proses pengembangan serta akan adanya hasil yang memuaskan.  Harus juga ada konsistensi dan kesabaran dalam berproses, paling tidak dalam jangka waktu tertentu (6 sampai 12 bulan).  Dengan menganut prinsip ini maka Anda akan tidak mudah terombang-ambing dan tidak pula akan cepat menyerah di tengah jalan.  Inilah modal besar yang terkadang dilupakan oleh tidak sedikit orang yang baru memulai sebuah usaha.

  1. Prinsip Efektifitas.
Jenis usaha yang dipilih hendaknya sesuatu yang bisa dengan cepat dan praktis untuk dijalankan, karena kita berpacu dengan waktu dan motivasi kita.  Jangan memilih untuk memulai sebuah usaha yang sangat membutuhkan waktu lama (berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun) untuk merencanakannya atau untuk mempersiapkannya.  Energi Anda harus disimpan dan dihemat-hemat sampai akhirnya proses itu membuahkan hasil, maka jangan terlalu berlama-lama dalam persiapan.  Prinsipnya, pilih dan jalankanlah jenis usaha yang dengan cepat, mudah dan praktis untuk dimulai.  Dengan demikian, Anda akan memiliki cukup energi dan motivasi untuk mengawal serta mengikuti perkembangan dan hasilnya dalam waktu yang relatif singkat.

  1. Prinsip Efisiensi.
Memulai suatu usaha juga tidak melulu harus dengan identik dengan modal besar.  Mulailah dari modal investasi yang sekecil mungkin dan terukur, serta gunakanlah sumberdaya internal terlebih dahulu sebelum menggunakan sumberdaya eksternal.  Jangan berpandangan bahwa segala sesuatunya harus terlihat mewah dan lengkap (meskipun tidak diperlukan saat itu).  Semakin Anda meyakini dan menjalankan prinsip efisiensi ini, semakin terkontrol pengeluaran operasional Anda serta semakin dekat kepada sebuah hasil (keuntungan) yang diinginkan.
  
3 Kiat Sukses Menjadi Ibu Rumah Tangga Yang Produktif.

Jika sudah maklum akan perlunya untuk menjadi Ibu rumah tangga yang produktif serta sudah dapat menguasai prinsip memulai usaha seperti diskusi kita di atas, maka sekarang tinggal sedikit tips bagaimana menjalankan usaha supaya Anda bisa menjadi Ibu rumah tangga yang produktif.  Dalam tulisan ini, saya menyajikan serba 3 (tiga), sehingga kiat jitu menjadi Ibu rumah tangga yang produktifpun ada tiga;

  1. Pilihlah jenis usaha yang sesuai kemampuan Anda.

Mulailah usaha dengan sesuatu yang rasanya Anda kuasai (sesuai hobby, pernah berkecimpung di bidang itu meskipun tidak lama, atau pernah belajar/memiliki referensi sebelumnya).  Juga jangan merubah terlalu banyak waktu beraktivitas Anda sehari-hari dari pola yang sebelumnya ke pola baru.  Karenanya, usahakan memilih usaha yang kalau bisa dilakukan di rumah atau kalaupun diluar rumah hendaknya tidak terlalu berjauhan dengan lokasi rumah Anda.  Buatlah produk yang Anda sudah dapat membayangkan arah atau peluang penjualannya (calon pembelinya), dan carilah jenis usaha atau produk yang memiliki rersiko yang tidak besar.

  1. Pasarkan dengan cara yang unik dan menggunakan sistem sinergi.

Produk atau jasa yang akan dipasarkan hendaknya memiliki tampilan dan ciri khas tersendiri.  Tekstur yang berbeda, kemasan yang user friendly dan unik, serta kandungan manfaat atau pelayanan yang mungkin tidak bisa digantikan oleh produk atau jasa orang lain.  Tampil beda, demikianlah kata yang singkat untuk menggambarkan bagaimana Anda harus mampu menghasilkan pencitraan produk atau jasa yang akan Anda pasarkan.  Selain itu, faktor pendistribusiannya pun harus benar-benar diperhatikan.  Agar murah dan efektif, maka ciptakanlah sinergi sebanyak mungkin  dengan pihak lain.  Selain murah, bersinergi dengan sebanyak mungkin channel distribusi akan membuat Anda bisa cepat memahami channel mana yang lebih efektif dan menguntungkan sehingga pada tahap berikutnya bisa lebih diprioritaskan atau difokuskan.

  1. Tangani dan kontrol langsung dan lebih intens.

Karena usaha untuk menjadi Ibu runmah tangga produktif ini baru dimulai, maka jangan terlalu banyak dan terlalu cepat mengandalkan pengelolaan bisnis Anda kepada orang atau pihak lain.  Terjunlah secara langsung memimpin aktivitas usaha tersebut, dengan demikian Anda akan lebih cepat memahami proses lahir dan berkembangnya.  Segala sesuatu yang terjadi termasuk permasalahan yang timbul dapat segera dicarikan solusinya dan diputuskan tindakan apa yang akan diambil saat itu juga.  Jika Anda menyerahkannya kepada orang lain, maka Anda akan ketinggalan berita (up date) sehingga sangat mungkin akan melenceng dari rencana dan keinginan semula.

Selamat mencoba menjadi Ibu rumah tangga yang produktif, dan selamat terbebas dari ironi masalah keuangan rumah tangga Anda. 

CHECK UP RUTIN KESEHATAN USAHA UKM ANDA


Tidak hanya manusia yang perlu memeriksa (check up) kesehatan tubuhnya secara rutin, tapi perusahaan pun juga harus melakukan metoda yang sama.  Apalagi jenis usaha UKM yang bermain di sector ritel dimana di satu sisi sangat rawan akibat terpaan kondisi pasar, dan pada sisi yang lain lebih mengandalkan modal non financial sebagai kekuatan utama seperti disiplin dan loyalitas SDM, kualitas dan kuantitas hubungan dengan pelanggan serta kecepatan dan akurasi pemenuhan pesanan.  Beberapa hal yang disebutkan inilah yang dapat menjadi indicator kesehatan sebuah usaha UKM disamping beberapa indicator lain yang juga penting untuk diperiksa.

Pada perusahaan skala besar, lazimnya pemeriksaan terhadap kesehatan usaha dilakukan secara tahunan dalam bentuk laporan keuangan tahunan (laporan rugi laba) yang sekaligus disertai dengan pemeriksaan (audit) baik dari pihak satuan audit internal maupun pihak eksternal yang ditunjuk.  Namun, untuk kepentingan sector UKM akan lebih optimal jika pemeriksaan itu dilakukan dalam periode 6 (enam) bulanan atau semesteran dengan metoda yang tidak terlalu formal namun lebih sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh Anda sebagai pemilik sekaligus penanggung jawab usaha.  Dalam hal ini, paling tidak terdapat 5 indikator yang bisa dijadikan parameter kesehatan usaha Anda yaitu:  Kinerja SDM, Kualitas dan Kuantitas Pelanggan, Tingkat Pelayanan, Kewajiban terhadap Pihak Ketiga, serta  Indikator Hasil Usaha.


KINERJA SDM

Perhatikan secara seksama kinerja SDM yang membantu pengelolaan usaha Anda, bagaimana motivasi dan semangat kerja mereka?.  Jika mereka selalu datang tepat waktu, selalu dengan muka senang mengerjakan setiap bagian yang menjadi tanggung jawabnya, dan selalu ramah dan senang melayani para pelanggan, maka hal tersebut dapat dijadikan patokan positif bagi semangat dan motivasi SDM Anda.  Bagaimana pula dengan loyalitas masing-masing terhadap pekerjaannya dan terhadap perusahaan?.  Apakah sebagian besar di antara mereka sering berganti-ganti (keluar masuk) dalam waktu yang hanya hitungan bulan?, apakah mereka lebih banyak menunggu perintah baru mengerjakan tugasnya daripada proaktif dan secara sadar mengambil inisiatif sendiri-sendiri untuk mengerjakan pekerjaannya?.  Dan apakah setiap mereka juga dapat dipercaya kejujuran serta komitmennya?.  Lalu, perhatikan pula aspek prestasi dan keterampilan kerja masing-masing SDM Anda, apakah produktivitas (kecepatan dan ketepatan) mereka mengerjakan sesuatu sudah tinggi?, apakah hasil kerja yang ditunjukkan oleh mereka sudah memenuhi standar yang Anda harapkan?.

KUALITAS DAN KUANTITAS PELANGGAN

Pelanggan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk didiagnosa kondisi dan perkembangannya secara rutin.  Perlu diperiksa bagaimana kualitas pelanggan dari waktu ke waktu, juga bagaimana perkembangan kuantitasnya?.  Mengukur kualitas berarti kita melihat kepada pelanggan yang sudah ada (existing customer), berapa banyak diantara mereka yang menjadi pelanggan setia?, apakah prosentasenya lebih besar yang loyal daripada yang keluar?.  Dari sekian banyak yang loyal, bagaimana perkembangan pola pembeliannya?, apakah secara vertical (peningkatan jumlah pembelian) cenderung naik atau sebaliknya?.  Semakin banyak pelanggan yang loyal bahkan semakin banyak yang meningkat nilai pembeliannya dari bulan ke bulan, menunjukkan kualitas existing customer Anda adalah OK.  Dan, pada saat yang sama, perhatikan juga jumlah keseluruhan pelanggan, apakah cenderung bertambah, tetap atau berkurang?.  Jika cenderung bertambah, artinya pelanggan baru yang masuk secara total lebih banyak dari pelanggan lama yang keluar.


TINGKAT PELAYANAN

Yang dimaksud dengan tingkat pelayanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan Anda.  Ukurannya bisa terdiri dari beberapa aspek, misalnya: Keluhan pelanggan (berapa banyak jumlah komplain dari pelanggan dan berapa besar kadar komplain tersebut?), Pengiriman barang atau jasa yang dibeli pelanggan (seberapa cepat kirimannya atau seberapa cukup ketersediaan barang yang dibutuhkan pelanggan?), juga Fleksibiltas harga atau pembayaran, apakah Anda sudah menerapkan pembedaan harga dan pembayaran antara profitable customer (pelanggan yang menguntungkan) dengan non profitable customer (pelanggan biasa atau pelanggan asal ada)?.  Tingkat pelayanan kepada pelanggan ini merupakan indicator kesehatan usaha yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

KEWAJIBAN TERHADAP PIHAK KETIGA

Adalah sesuatu yang lumrah malah disarankan jika dalam pengelolaan bisnis UKM menggunakan dana atau fasilitas pihak ketiga.  Dalam hitungan bisnis, lebih menguntungkan untuk memakai pendanaan serta menggunakan fasilitas-fasilitas kelonggaran pembayaran pihak ketiga jika dibandingkan dengan menggunakan permodalan sendiri.  Maka, jika saat ini Anda sudah menggunakan instrument perjanjian dengan pihak ketiga ini, yang perlu diperiksa adalah apakah komitmen dan disiplin pemenuhan kewajiban terhadap pihak ketiga ini berstatus lancar tanpa hambatan untuk setiap bulannya?.  Yang dimaksud dengan lancar adalah di satu sisi pemenuhannya selalu sesuai perjanjian dan di sisi lain proses pemenuhannya adalah murni dari hasil perputaran usaha (alokasi pembiayaan normal) bukan dari subsidi atau dukungan selain perputaran usaha (gali lobang tutup lobang).

INDIKATOR HASIL USAHA (KEUNTUNGAN)

Di atas keempat indicator yang sudah kita bahas itu, maka factor hasil usaha atau keuntungan adalah ukuran yang menegaskan atau melengkapi tingkat kesehatan usaha UKM Anda.  Tapi perlu dicatat, bahwa keuntungan dalam hal ini belum tentu di peroleh dalam waktu singkat setelah dimulainya operasi sebuah usaha.  Bisa jadi, keuntungan tersebut diproyeksikan baru muncul pada tahun kedua atau bahkan tahun ketiga, maka itu tidaklah jadi soal dan sangat tergantung dari jenis usaha serta besarnya modal awal yang ditanamkan.  Yang perlu diukur adalah bagaimana tingkat kecepatan meraih periode keuntungan itu dan bagaimana besarnya tingkat keuntungan dibandungkan dengan proyeksi rugi laba yang ditetapkan semula?.  Semakin cepat proses pembukuan keuntungan dan semakin besar prosentase keuntungan yang diperoleh pada akhirnya akan menunjukkan bahwa usaha Anda semakin sehat.

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana mengukur secara sederhana hasil Check Up Kesehatan usaha Anda dengan memadukan kelima indicator tersebut?.  Secara sederhana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  1. Tentukanlah masing-masing 3 (tiga) pertanyaan untuk menge-check setiap indicator kesehatan usaha di atas.  Jadi sekarang Anda memiliki 3 x 5 = 15 list pertanyaan CHECK UP KESEHATAN USAHA.
  2. Jawablah setiap pertanyaan dengan memilih skala 1 (kurang baik), 2 (biasa), 3 (sangat baik).
  3. Jumlahkanlah ke 15 jawaban sehingga Anda mendapat angka total (total score) dengan kemungkinan nilai minimal 15 dan nilai maksimal 45.
  4. Periksa nilai total kesehatan usaha Anda dan cocokkan statusnya dengan skala penilaian berikut:
    1. 15 s/d 25 è Usaha Sakit Parah.
    2. 26 s/d 35 è Usaha Kurang Sehat.
    3. 36 s/d 45 è Usaha Sehat.

Selamat mencoba dan Sukses untuk Anda!.

Untuk konsultasi, silahkan kirimkan email ke walnegjas@3positif.com atau info@3positif.com dan telepon ke PT. Tiga Positif Paradigma 021-75905509.