Jumat, 21 Oktober 2011

5 Alasan Kenapa Lulusan Kuliah/Sekolah Harus Perlu Cepat Kerja ?

Dalam setiap kelas pelatihan tentang ” Sikap Mental dan Paradigma Sukses” yang saya berikan kepada calon pencari kerja (lulusan kuliah atau SLTA), pertanyaan pertama yang selalu saya ajukan kepada mereka adalah: ”Untuk apa Anda mencari kerja saat ini?”.  Jawaban spontan yang keluar sangat beragam, mulai dari untuk belajar kerja, mencari pengalaman, coba-coba mandiri, sudah lama nganggur, pengen aja pak, sampai kepada untuk mencari uang dan membantu orang tua.  Hanya sekitar 20% sampai 30% dari mereka yang sudah memiliki jawaban mantap seperti yang saya harapkan, yaitu ” kerja untuk mencari uang guna memenuhi kebutuhan hidup saya!”.  Dorongan mencari kerja dengan tujuan  untuk mencari uang dalam rangka memenuhi kebutuhan  hidup, memiliki makna dan implikasi yang sangat serius dan nyata bagi usaha yang bersangkutan dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.  Juga, akan sangat berpengaruh terhadap kelanggengan dan kesuksesan dia dalam menjalani pekerjaan yang akan/sudah didapatkan.  Memenuhi kebutuhan hidup dalam hal ini, bukan saja untuk memenuhi urusan transport, makan, minum, rekreasi dirinya sendiri, tetapi juga termasuk di dalamnya untuk menabung, membantu orang tua serta saudara lainnya.

Sebagian besar (lebih dari 70%) lulusan Perguruan Tinggi atau SLTA yang saat ini sedang menghadapi dilema antara menganggur dan sulitnya mencari kerja dengan sikap mental yang tidak menyegerakan bekerja (tidak tergerak untuk cepat bekerja), mungkin tidak menyadari hal yang mendasar itu.  Sebenarnya kemampuan dia untuk berhasil dalam mencari kerja atau kesuksesannya bertahan dengan sebuah pekerjaan yang sudah diraih sangat ditentukan oleh kebulatan tekad, misi, motivasi serta prinsip kemandirian yang sudah dicanangkannya, ” kenapa saya mesti cepat untuk mendapatkan pekerjaan?”.  Sebetulnya, secara teknis setiap orang yang sudah lulus kuliah atau sekolah memiliki peluang dan kemapuan kecerdasan serta keterampilan yang sama untuk bisa mendapatkan pekerjaan.  Namun, kenapa sedikit orang yang berhasil memperoleh pekerjaan diantara sebagian besar orang lain yang tetap belum berhasil bekerja?.  Persoalan utamanya terletak sekali lagi pada utuhnya keyakinan, tekad dan motivasi bekerjanya.  Bagi sebagian besar lulusan perguruan tinggi/sekolah, segera untuk mendapatkan pekerjaan bukanlah sesuatu hal yang menjadi prioritas nomor satu, kalaupun sudah menjadi prioritasnya (diucapkan di mulut, sudah terbayang dalam pikirannya) namun belum tergambar dalam bentuk tindakan nyata (usahanya) yang secara sungguh-sungguh memang sudah ”nguber” pekerjaan itu. 

Untuk itu, mari  kita coba untuk sejenak berpikir sehat, mari kita berdiskusi tentang ”KENAPA LULUSAN KULIAH/SEKOLAH PERLU CEPAT KERJA?”.  Ada 5 (lima) alasan kenapa seseorang yang sudah lulus kuliah/sekolah HARUS cepat bekerja;

Alasan 1: Anda ”Berhutang”  Rp. 370 Juta Kepada Orang Tua!.

Pernahkah terpikir untuk mencoba menghitung, berapa besar pengorbanan, investasi khususnya dalam bentuk materi (uang) yang telah dikeluarkan oleh orang tua kita untuk membesarkan kita sampai hari ini?.  Orang tua memang wajib membesarkan anaknya, dan juga tak pernah berharap untuk sebuah pengembalian nilai uang itu dari anaknya. Tapi, anak yang berpikir positif dan sadar akan tugasnya sebagai seorang anak, hendaknya sekali-sekali mencoba menghitung berapa besar ”hutang” itu kepada orang tua?.  Berapa biaya yang sudah terbelanjakan oleh orang tua kita sejak kita dikandungnya sampai detik ini (jika kita masih belum bekerja)?.  Jika Anda terlahir dari keluarga yang biasa (sederhana) saja, dan jika usia Anda sekarang ini 22 tahun, percayakah Anda bahwa ”Hutang” kepada orang tua sudah mencapai Rp. 370 juta?.  Dan jika Anda lulusan SLTA (18 tahun), paling tidak sudah menghabiskan Rp. 260 juta dari perjuangan, tetes keringat dan banting tulang kedua orang tua Anda.  Apalagi bagi Anda yang terlahir dari keluarga mampu (menengah ke atas), mungkin bisa mencapai angka 1 Milyar ’berhutang’ pada orang tua di usia 22 tahun?.  Kaget dengan Angka itu?, coba lihat tabel ilustrasi ”Hutang Pada Orang Tua” di bawah.



Coba bayangkan, nilai uang seperti di atas itu tidak sedikit bukan?.  Coba lihat kondisi orang tua kita sekarang, pancaran wajahnya sudah mulai menyiratkan keletihan dan sisa-sisa keperkasaannya sudah mulai memudar seiring dengan perjalanan waktu.  Apakah tidak terbayang kapan bisa ”membayar” hutang tersebut?.  Apakah tidak ada keinginan untuk membalas pengorbanan mereka dengan tidak lagi diberi uang tapi memulai untuk memberi uang kepada mereka?.  Apakah pernah juga menghitung berapa pengorbanan non materi yang mereka berikan juga untuk kita sampai detik ini?.  Seandainya Anda sudah bisa memberi uang kepada orang tua, maka seakan-akan Anda sudah mampu ”membayar” hutang kepada orang tua, meskipun mereka tidak berharap dibayar.  Orang tua mana yang tidak akan senang dan merasa terbayar pengorbanannya jika melihat anaknya sudah mulai bekerja dan mendapatkan uang sendiri?. 

Alasan Kedua:  Harus Segera Menghentikan Hutang Secepatnya.

Jika Anda sudah meresapi alasan pertama di atas, maka semestinya sebagai orang yang normal dan memiliki kesadaran pribadi, Anda akan mengambil langkah untuk segera menghentikan atau ”menyetop” hutang itu kepada orang tua Anda.  Bayangkan, jika hari gini Anda masih malas, kurang semangat, maju-mundur dan tidak yakin bisa mencari kerja atau tidak berhastrat segera hendak bekerja, bagaimana jadinya hutang tersebut?.  Tentulah akan semakin besar dan membesar dari hari ke hari, minggu ke minggu dan seterusnya.  Bukan hanya hutang yang semakin besar, tapi resikonya kemudian adalah waktu dan kemampuan Anda untuk ”membayar” (baca membalas) hutang tersebut semakin berkurang.  Bahkan, malah Anda tiba-tiba akan kehabisan waktu untuk sempat membalas jasa dan pengorbanan orang tua Anda seandainya Tuhan memutuskan orang tua kita untuk suatu waktu meninggalkan kita dari dunia ini.  Ketika Anda baru menemukan kerja dan baru akan mulai memberi uang kepada orang tua, beliau bisa jadi tidak lagi bersama kita (meskipun hal ini adalah sesuatu yang tidak kita harapkan/inginkan), atas kuasa dan kehendak Tuhan.

Bayangkan, jika 22 tahun berhutang Rp. 370 juta, maka artinya dalam satu tahun Anda dibiayai kurang lebih Rp. 16 juta (angka yang mungkin selama ini tidak pernah kita sadari).  Apabila sampai tahun depan masih minta uang dan tergantung kepada orang tua, maka akan bertambah lagi beban mereka minimal Rp. 16 juta untuk mengurus kita.  Tidakkah Anda berkehendak dan terpanggil untuk segera menghentikan hutang tersebut?.  Tidakkah Anda berkeinginan untuk keluar dari kemalasan, keseriusan dan kesungguhan dalam mencari kerja nsekarang juga?.  Peluang kerja itu ada dimana-mana, buktinya Tabloid Peluang Kerja ini ramai oleh iklan perusahaan yang membutuhkan kerja kan?.

Alasan Ketiga:  Tanggung Jawab Masa Depan Berada di Tangan Anda.

Dua alasan di atas baru menggugah kita dari segi penyadaran akan tidak ternilainya investasi dan pengorbanan orang tua untuk kita, serta tumbuhnya keinginan untuk segera menghentikan ”HUTANG” itu secepat mungkin.  Lalu, bagaimana dengan masa depan Anda mulai sekarang sampai hari tua Anda nanti?.  Apakah tetap masih dibebankan kepada orang tua untuk memikulnya?.  Tidak, tanggung jawab tersebut haruslah segera Anda ambil alih dan pikirkan secara serius.  Anda punya segudang keinginan, cita-cita dan mimpi-mimpi untuk masa depan bukan?.  Sebut saja keinginan untuk membina rumah tangga, memiliki anak dan keluarga yang bahagia, memiliki rumah, kendaraan, perhiasan bahkan ingin belajar dan sekolah lagi.  Di samping itu juga keinginan mulia untuk membantu orang, mendalami agama serta semangat sosial lainnya bukan?.  Bagaimana dan kapan Anda bisa memulai mengambil alih tanggung jawab tersebut kalau Anda sekarang masih belum bekerja dan menghasilkan uang?.  Banyak saya mendengar pengalaman orang yang akhirnya hidup dalam kefrustasian, hidup susah (sebenarnya dibuat-buat susah) serta hidup penuh konflik hanya gara-gara terlambat sadar dan terlambat mempersiapkan masa depannya.  Sebagian besar mereka masih terlena dengan kekuatan orang tua dengan fasilitas dan kasih sayang yang diberikan selama ini.  Dan ketika kesenangan demi kesenangan tersebut perlahan-lahan hilang karena usia senja dan kemampuan orang tua yang semakin pudar, maka mereka pun baru terperanjat kaget dan tak kuasa menerima kenyataan hidupnya.

Maka ingatlah wahai kawan, Anda perlu sungguh-sungguh mendapatkan pekerjaan segera sebelum datang kesulitan dan kenyataan pahit itu.

Alasan Keempat:  Waktu Produktif hanya 40% dari umur kita.

Satu lagi penyadaran yang bisa saya sajikan disini yaitu tentang waktu produktif setiap manusia.  Waktu produktif berbeda nyata dengan usia produktif.  Usia produktif didefinisikan secara umum adalah sebagai tingkat usia dimana orang mampu untuk bekerja atau menghasilkan sesuatu.  Sedangkan waktu produktif adalah waktu yang benar-benar akhirnya bisa dipakai untuk beraktivitas/berusaha dalam rangka menghasilkan sesuatu.  Usia produktif bisa saja terlihat lebih lama, misalkan seseorang dikatakan memiliki usia produktif mulai dari umur 17 tahun (tamat SLTA) sampai umur 55 tahun, berarti terdapat paling tidak 38 tahun usia produktif, usia dimana orang dianggap kuat dan mampu menghasilkan sebuah karya (mampu bekerja).  Padahal, jika dilihat dari segi waktu produktif, maka sejak usia 17 tahun sampai 65 tahun (diumpamakan umur rata-rata manusia Indonesia adalah 65 tahun), terdapat hanya sekitar 15,2 tahun (jauh lebih kecil dibandingkan 38 tahun usia produktif) untuk berbuat, menghasilkan sesuatu dan mencapai keinginan-keinginan di dunia.

Lawan dari waktu produktif saya istilahkan sebagai  waktu non produktif, artinya waktu yang kita lalui untuk hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas menghasilkan sesuatu atau aktivitas bekerja, misalnya tidur, istirahat, makan, main, mandi, berkendaraan, menonton, santai, dll.  Bukan berarti bahwa waktu non produktif itu semuanya tidak baik, contohnya berteman, makan, dan tidur.  Namun, kegiatan-kegiatan yang sangat kita butuhkan untuk keseimbangan hidup itu tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas pekerjaan/karya kita sehari-hari.  Dan, ada juga waktu non produktif yang memang dihabiskan untuk hal-hal yang kuirang baik.  Untuk lebih mengetahui ilustrasi waktu non produktif yang kita lalui setiap hari, dapat dilihat pada ilustrasi hitungan di bawah ini.  Jadi, sebenarnya kita punya hanya 9.5 jam per hari ( 40%) untuk bisa melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan hidup yang sudah direncanakan sebagai mimpi atau cita-cita tersebut.

Jangan dikira usia produktif yang ada sekitar 38 tahun sejak Anda berumur 17 tahun akan dapat dimanfaatkan secara seluruhnya untuk berproduksi.  Semakin Anda menunda-nunda bekerja maka semakin habislah peluang Anda untuk memanfaatkan sisa waktu produktif Anda.  Dengan memahami fakta ini, diharapkan Anda akan segera mengambil tindakan cepat dan berusaha lebih gigih dan keras lagi dalam mendapatkan kesempatan bekerja.


 Alasan Kelima:  Peluang Pun Hanya Datang Sekali dan Semakin Terbatas.

Kondisi persaingan yang ada, ketersediaan lapangan kerja yang semakin kecil porsinya dibandingkan dengan jumlah orang yang ingin bekerja, adalah alasan lain kenapa Anda harus cepat memutuskan dan berusaha keras untuk cepat bekerja.  Semakin ketatnya proses seleksi kerja menunjukkan bahwa semakin banyaknya orang yang ingin mencari kerja sehingga perusahaan atau pemberi kerja bisa memilih dan mensyaratkan calon pekerja dengan standar yang lebih tinggi.  Seperti misalnya syarat nilai akademis, syarat tinggi badan, umur, syarat pengalaman kerja serta syarat-syarat lainnya.  Jika Anda tidak segera fokus untuk mengambil peluang kerja, maka dikhawatirkan semangat dan mental Anda akan merosot turun.  Semakin lama Anda berdiam diri, maka nilai kompetitif Anda semakin kecil sehingga secara logika akan semakin menjauhkan Anda dari kemampuan untuk memenangkan persaingan di tengah pasar kerja yang semakin sempit.  Itulah sebabnya, jika peluang itu ada maka kerahkan segenap kemampuan terbaik Anda untuk mendapatkan peluang itu, jika Anda sia-siakan maka peluang itu tidak akan datang kembali kepada Anda.

Itulah motivasi bagi Anda dengan 5 alasan kenapa kita harus cepat bekerja?.  Mudah-mudahan Anda mengambil manfaat dari pembelajaran ini.  Pertanyaan berikutnya yang akan muncul adalah bagaimana cara atau trik-nya untuk mendapatkan  pekerjaan lebih cepat?.  Nantikan diskusi berikutnya di tabloid ini pada edisi selanjutnya tentang: “ 5 Kiat Jitu untuk Cepat  Bekerja “.
Oleh:  Walneg S. Jas,  
Motivator Keluarga Indonesia-Managing Director PT. Tiga Positif Paradigma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar